RSS

koordinasi

21 Mar

BAB I
PENDAHULUAN

Manajemen pemerintahan modern di dasarkan atas prinsip spesialisasi atau pembagian kerja. Jabatan-jabatan diuraikan dalam tugas-tugas berulang satu persatu dan dipercayakan kepada individu-individu baik bekerja dalam bagian yang sama maupun yang bekerja dalam bagian- bagian pemerintahan yang berlainan. Akan tetapi hanya dengan penerapan spesialisasi saja tidak memungkinkan suatu organisasi mencapai hasil yang diinginkan. Oleh karena jabatan-jabatan di khususkan dan di bagikan diantara unit-unit maka koordinasi adalah perlu.
Koordinasi atau integrasi adalah suatu proses untuk mengembangkan dan memelihara hubungan yang baik diantara kegiatan-kegiatan, baik itu kegiatan-kegiatan fisik maupun kegiatan-kegiatan rohaniah. Koordinasi adalah penting dalam organisasi-organisasi yang kompleks, karena di situ dapat terbanyak kegiatan yang berlainan dilakukan oleh banyak orang dalam banyak bagian. Kebutuhan akan koordinasi timbul sewaktu-waktu apabila satu orang atau kelompok bertanggung jawab atas kesempurnaan suatu tugas. Apabila terdapat keadaan saling bergantungan diantara kegiatan-kegiatan maka hasil yang efektif akan dapat tercapai hanya apabila kegiatan-kegiatan tersebut dikoordinasikan.

1.1. Pengertian koordinasi
Koordinasi adalah penyelarasan secara teratur atau penyusunan kembali kegiatan-kegiatan yang saling bergantung dari individu-individu untuk mencapai tujuan bersama. Misalnya dalam sebuah lembaga pendidikan contohnya IPDN, kegiatan-kegiatan para pejabat struktural dan fungsional,dosen pengajaran, dosen pelatihan, pamong pengasuh, bagian teknis lapangan dan para karyawan/i harus diselaraskan dengan tepat untuk mencapai hasil yang diharapkan yaitu terciptanya proses pendidikan yang berkualitas bagi para praja selaku peserta didik. Koordinasi adalah mendirikan rumah tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar, menyesuaikan alat dengan kegunaan dan penggunaanya, jalan dengan kendaraan, tindakan pencegahan dengan resiko. Koordinasi secara singkat adalah menyesuaikan hal-hal dan tindakan-tindakan perbandingannya yang tepat dan menyesuaikan alat dengan tujuan.

1.2. Defenisi koordinasi
Defenisi koodinasi menurut para ahli yaitu :
a. James A.F stoner dan Charles wankel dalam buku management,edisi ketiga,1986
“Coordination is the process of integrating the objectives and activites of the separate units ( department or functional areas ) of an organization in order to achieve organizational goals efficiently”.
“koordinasi adalah proses menyatupadukan tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan dari unit-unit ( bagian-bagian atau bidang-bidang fungsional ) suatu organisasi yang terpisah untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi secara efisien”.

b. Ricky W. griffin
“coordination is the process of linking the activities of the farious department of the organization”.
“ koordinasi adalah suatu proses menghubungkan kegiatan-kegiatan dari bermacam-macam bagian organisasi”.

c. David R. Hampton
“For successful performance, organizations require an integration of the contribution of special units. For our purposes, this is what coordination means”.
“Agar pelaksanaan pekerjaan menjadi sukses maka organisasi memerlukan penyatupaduan sumbangan dari unit-unit khusus. Untuk tujuan kita, ini yang di maksud koordinasi.”.

d. Sondang P. Siagian,M.P.A, Ph.D dalam bukunya peranan staf dalam managemen. 1978.
“Koordinasi adalah pengaturan tata hubungan dari usaha bersama untuk memperoleh kesatuan tindakan dalam usaha pencapaian tujuan bersama pula. Koordinasi adalah suatu proses yang mengatur agar pembagian kerja dari berbagai orang atau kelompok dapat tersusun menjadi suatu kebutuhan yang terintegrasi dengan cara seefesien mungkin”.

e. Dr. Ateng Syafrudin, S.H,dalam bukunya pengaturan koordinasi pemerintah di daerah,1976.
“Koordinasi disini adalah suatu proses rangkaian kegiatan menghubungi, bertujuan meng-serasikan tiap langkah dan kegiatan dalam organisasi agar tercapai gerak yang cepat untuk mencapai sasaran dan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan”.

f. Staf Dosen Balai Pembinaan Administrasi universitas gadjah mada, dalam buku Ensilopedia Administrasi,1977.
“koordinasi adalah suatu pengertian dimana terkandung aspek-aspek tidak terjadinya kekacauan, percekcokan, kekembaran atau kekosongan kerja,sebagai akibat daripada pekerjaan menghubung-hubungkan, menyatupadukan dan menyelaraskan orang-orang dan pekerjaannya dalam suatu kerja sama yang diarahkan kepada pencapaian tujuan tertentu.

BAB II
ISI

2.1. RUANG LINGKUP,JENIS DAN PENTINGNYA KOORDINASI
George R.Terry dalam bukunya Principles of Management (1964) menjelaskan bahwa ruang lingkup koordinasi dapat ditinjau dari sudut bidang-bidangnya, yakni :
1. Koordinasi dalam individu
2. Koordinasi antara individu-individu dari suatu kelompok
3. Koordinasi antara kelompok-kelompok dalam suatu perusahaan,dan
4. Koordinasi antara perusahaan-perusahaan dan macam-macam peristiwa dunia.
Kemudian juga akan dikemukaka pendapat dari Drs. Malayu Hasibuan dalam bukunya Manajemen dasar,pengertian dan masalah. Untuk mengetahuijenis-jenis koordinasi akan dikemukakan pendapat dari beberapa penulis dan menurut peraturan pemerintah nomor 6 tahun 1988 tentang koordinasi kegiatan instansi vertical di daerah.

A. Ruang lingkup

a. Koordinasi dalam individu
Dari sudut pandangan manajemen, koordinasi jenis ini merupakan koordinasi yang paling tidak penting, tetapi kemampuan seorang individu untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu dengan baik akan bergantung pada suksesnya ia mengkoordinasikan kegiatan-kegiatannya sendiri. Koordinasi individu adalah sangat penting untuk melaksanakan pekerjaan, seperti tukang bubut, tukang las, pengetik,tukang jahit dan sebagainya.
b. Koordinasi antara individu-individu dari suatu kelompok
contoh yang paling jelas mengenai koordinasi ini adalah suatu tim atau kesebelasan sepak bola. Tanpa koordinasi sulit bagi kesebelasan tersebut untuk memenangkan prtandingan.

c. Koordinasi antara kelompok-kelompok dalam suatu perusahaan
sebagai contoh adalah kegiatan bagian pegawai dalam mencari calon pegawai dan melatih pegawai-pegawai baru untuk bagian produksi dan bagian penjualan. Agar pelatihan dapat sukses maka manajemen kepegawaian harus menentukan dan mengetahui sumber kebutuhan pegawai yang tepat dari bagian produksi dan bagian penjualan dalam hubungannya dalam hal-hal seperti jumlah,kecakapan yang diperlukan, latar belakang calon yang di kehendaki, dan waktu pelatihan, agar mereka siap untuk bekerja. Calon-calon manakah yang dicari dan jenis serta jumlah pelatihan yang di berikan kepada mereka harus sewaktu-waktu disesuaikan dengan apa yang diperlukan oleh bagian-bagian masing-masing dimana calon-calon akan ditempatkan.

d. Koordinasi antara perusahaan-perusahaan dan macam-macam peristiwa dunia
Kegiatan perusahaan secara keseluruhan harus sesuai dengan berbagai kekuatan diluar perusahaan. Hal ini meliputi perusahaan lain, tindakan peraturan pemerintah, dan kedudukan perekonomian nasional dan perekonomian dunia. Tidak ada perusahaan yang dapat berdiri sendiri, perusahaan itu mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan dari luar.misalnya seorang pemilik pabrik baja harus mengkoordinasikan kegiatannya dengan ekonomi nasional dan tidak mengesampingkan tindakan hokum pemerintah dalam daerah di tempet mana perusahaan itu didirikan.

Menurut melayu S.P Hasibuan (1992) ruang lingkup atau luasnya koordinasi itu meliputi :
1. Koordinasi oleh seorang individu misalnya seorang sopir yaitu harus mengkoordinasikan tangan, kaki, mata dan pikirannya untuk menjalankan sebuah mobil.
2. Koordinasi antara individu-individu dalam golongan.
3. Koordinasi antara perusahaan-perusahaan dari order-order tingkat internasional.
4. Koordinasi antara unit-unit suatu organisasi.
B. Jenis-jenis koordinasi
a. jenis-jenis koordinasi menurut Tosi dan Carroll ( 1982 )
ada dua jenis koordinasi yaitu sebagai berikut.
1. Koordinasi vertical yaitu menunjukkan pengembangan hubungan-hubungan yang efektif dan yang disatupadukan diantara kegiatan-kegiatan pada tingkat-tingkat organisasi yang berlainan. Contohnya persetujuan mengenai pengeluaran modal, katakan pada tingkat wakil direktur yang dikoordinasikan dengan penyerahan dan penerimaan perlengkapan modal pada tingkat pelaksanaan.
2. Koordinasi horizontal adalah pengembangan hubungan-hubungan yang lancar diantara individu-individu atau kelompok-kelompok pada tingkat yang sama. Misalnya arus informasi yang tepat dari pemasaran ke pabrik tentang penjualan sehingga pabrik dapat mengembangkan rencana produksi yang efisien.
b. Jenis-jenis koordinasi menurut Drs. Soewarno Handayaningrat ( 1991 )
Ada 2 (dua) jenis koordinasi yaitu : Koordinasi intern dan koordinasi ekstern.
1. Koordinasi intern terdiri atas : koordinasi vertical, koordinasi horizontal, dan koordinasi diagonal.
• Koordinasi vertical atau koordinasi structural, dimana antara yang mengkoordinasikan secara structural terdapat hubungan hierarchies. Hal ini juga dapat dikatakan koordinasi yang bersifat hierarkhis, karena satu dengan lainnya berada pada satu garis komando ( line of command ). Misalnya koordinasi yang dilakukan oleh seorang kepela direktorat terhadap para kepala sub direktorat yang berada dalam lingkungan direktoratnya.
• Koordinasi horizontal yaitu koordinasi fungsional, dimna kedudukan antara yang mengkooordinasikan dan yang dikoordinasikan mempunyai kedudukan setingkatnya eselonnya. Menurut tugas dan fungsinya kedua mempunyai kaitan satu dengan yang lain sehingga perlu dilakukan koordinasi. Misalnya koordinasi yang dilakukan oleh kepala biro perencanaan departemen terhadap para kepala direktorat bina program pada tiap-tiap direktorat jenderal suatu departemen.
• Koordinasi diagonal yaitu koordinasi fungsional , dimana yang mengkoordinasikan mempunyai kedudukan yang lebih tinggi tingkat eselonnya dibandingkan yang dikoordinasikan, tetapi satu dengan yang lainnya tidak berada pada suatu garis komando (line of command). Misalnya koordinasi yang dilakukan oleh kepala biro kepegawaian pada sekretariat jenderal departemen terhadap para kepala bagiankepegawaian secretariat direktorat jenderal suatu departemen.

2. Koordinasi ekstern, termasuk koordinasi fungsional. Dalam koordinasi ekstern yang bersifat fungsional, koordinasi itu hanya bersifat horizontal dan diagonal.

• Koordinasi ekstern yang bersifat horizontal, misalnya koordinasi yang dilakukan oleh kepala direktorat bina program, direktorat jenderal trasmigrasi terhadap kepala direktorat penyiapan tanah pemukiman transmigrasi, direktorat jenderal bina marga.
• Koordinasi ekstern yang bersifat diagonal, misalnya koordinasi yang dilakukan oleh kepala badan administrasi kepegawaian Negara ( BAKN ) terhadap para kepala biro kepegawaian tiap-tiap departemen.
c. Jenis-jenis koordinasi menurut penjelasan peraturan pemerintah nomor 6 tahun 1988 tentang koordinasi kegiatan instansi vertical di daerah, pasal 1 :
ada tiga jenis koordinasi, yakni koordinasi fungsional, koordinasi instansional dan koordinasi territorial.
1. Koordinasi Funsional, yaitu antara dua atau lebih instansi yang mempunyai program yang berkaitan erat.
2. Koordinasi instansional, yaitu terhadap beberapa instansi yang menangani satu urusan tertentu yang bersangkutan.
3. Koordinasi territorial, yaitu terhadap dua atau lebih wilayah dengan program tertentu.

2.2. HAKIKAT, PRINSIP, SYARAT, DAN CIRI KOORDINASI

A. Hakikat Koordinasi
Menyatukan dan menyesuaikan kegiatan-kegiatan, menghubungkan satu sama lain, menyangkutpautkan sehingga kegiatan-kegiatan tersebut menjadi suatu unit kerja

B. Prinsip Koordinasi
a. Menurut Prof. Dr. H. Arifin Abdulracchman dalam bukunya Kerangka Pokok-Pokok Management Umum (1979), prinsip-prinsip koordinasi adalah :
1) Prinsip efisiensi
2) Prinsip kesatuan arah dan tujuan (konvergensi)
3) Prinsip pervasivitas, memasuki segenap kegiatan management dan pelaksanaan
4) Prinsip ketepatan penggunaan alat koordinasi
5) Prinsip dari koordinasi yang strategis
b. Menurut Drs. Dann Sugandha MPA dalam bukunya Koordinasi, Alat Pemersatu Gerak Administrasi (1991), prinsip-prinsip koordinasi adalah :
1) Adanya kesepakatan dan kesatuan pengertian mengenai sasaran yang hrus dicapai sebagai arah kegiatan bersama
2) Adanya kesepakatan mengenai kegiatan atau tindakan yang harus dilakukan oleh masing-masing pihak, termasuk target dan jadwalnya
3) Adanya ketaatan atau loyalitas dari setiap pihak terhadap bagian tugas masing-masing serta jadwal yang telah ditetapkan
4) Adanya saling tukar informasi dari semua pihak yang bekerja sama mengenai kegiatan dan hasilnya pada suatu saat tertentu, termasuk masalah-masalah yang dihadapi masing-masing
5) Adanya koordinator yang dapat memimpin dan menggerakkan serta memonitor kerja sama tersebut, serta memimpin pemecahan masalah bersama
6) Adanya informasi dari berbagai pihak yang mengalir kepada koordinator dapat memonitor seluruh pelaksanaan kerja sama dan mengerti masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh semua pihak
7) Aadanya saling menghormati terhadap wewenang fungsional masing-masing pihak sehingga tercipta semangat untuk saling membantu

C. Syarat Koordinasi
a. Menurut Tripathi dan Reddy (1983), ada 9 syarat untuk mencapai koordinasi yang efektif, yaitu :
1) Hubungan langsung
2) Kesempatan awal
3) Kontinuitas
4) Dinamisme
5) Tujuan yang jelas
6) Organisasi yang sederhana
7) Perumusan wewenang dan tanggung jawab yang jelas
8) Komunikasi yang efektif
9) Kepemimpinan yangdan supervise yang efektif
b. Menurut Drs. Malayu S. P. Hasibuan (1992) syarat-syarat koordinasi adalah :
1) Sense on Coorperation : atau perasaan untuk bekerja sama, ini harus dilihat dari sudut bagian per bagian bidang pekerjaan (bukan orang per orang)
2) Rivalry : dalam perusahaan-perusahaan besar sering diadakan persaingan antara bagian-bagian, agar bagian-bagian ini berlomba-lomba untuk mencapai kemajuan
3) Team Spirit : artinya satu sama lain pada tiap bagian harus harga-menghargai
4) Esprit de Corps : artinya bagianbagian yang diikutsertakan atau dihargai umumnya akan menambah kegiatan bersemangat.

D. Ciri Koordinasi
Menurut Drs. Soewarno Handayaningrat dalam bukunya Administrasi Pemerintahan dalam Pembangunan Nasional (1991), ciri-ciri koordinasi adalah :
a. Tanggung jawab koordinasi terletak pada pimpinan
b. Koordinasi adalah suatu usaha kerja sama
c. Koordinasi adalah proses yang terus-menerus (continues process)
d. Adanya pengaturan usaha kelompok secara teratur
e. Konsep kesatuan tindakan
f. Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama (common purpose)

2.3. KEBUTUHAN AKAN KOORDINASI
Koordinasi adalah proses penyatupaduan tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan dari unit-unit yang terpisah dari suatu organisasi untuk mencapai sasaran-sasaran organisasi secara efisien. Tanpa adanya koordinasi, individu-individu dan bagian-bagian tidak dapat melihat peranan mereka dalam organisasi. Mereka akan mulai mengikuti kepentingan-kepentingan khusu mereka sendiri, seiring dengan mengorbankan sasaran-sasaran organisasi yang lebih luas.
A. Keadaan Saling Bergantung
Menurut James D. Thompson (Stoner,1986) ada tiga macam keadaan saling bergantung (interdependence) di antara unit-unit organisasi, yaitu :
1) Keadaan saling bergantung yang disatukan (pooled interdependence)
2) Keadaan saling bergantung berurutan (sequential interdependence)
3) Keadaan saling bergantung timbal balik (reciprocal interdependence)
B. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Timbulnya Kebutuhan Akan Koordinasi
Menurut Tripathi dan Reddy (1993) kebutuhan akan koordinasi timbul karena factor-faktor berikut :
1) Pembagian kerja
2) Keadaan saling bergantung dari unit-unit
3) Kepentingan perseorangan versus kepentingan organisasi

C. Koordinasi Dan Saling Bergantung
Tosi dan Caroll mengatakan bahwa koordinasi adalah suatu proses untuk memelihara dan mengembangkan hubungan yang baik di antara kegiatan kegiatan.

2.4. MASALAH KOORDINASI
Masalah koordinasi yaitu :
A. Diferensiasi
Diferensiasi atau perbedaan dalam sikap dan gaya bekerja yang dimaksudkan oleh para peneliti adalah :
a. Perbedaan dalam orientasi terhadap sasaran-sasaran khusus
b. Perbedaan dalam orientasi waktu
c. Perbedaan dalam orientasi antar-perseorangan
d. Perbedaan dalam formalitas struktur

1. Sebab-sebab timbulnya masalah koordinasi
a. Kondisi organisasi dan koordinasi
1) Subsistem-subsistem silang bagian
2) Perbedaan jadwal waktu
3) Jarak geografis
b. Faktor manusia dan koordinasi
1) Persaingan mengenai sumber daya
2) Perbedaan dalam status dan arus pelerjaan
3) Tujuan-tujuan yang bertentangan
4) Penglihatan, sikap, dan nilai yang berlainan
5) Wewenang dan penunjukan pekerjaan meragukan
6) Usaha menguasai atau mempengaruhi

2.5. PENDEKATAN UNTUK MENCAPAI KOORDINASI YANG EFEKTIF
Pendekatan menurut Tripathi dan Reddy
Ciri khusus pendekatan system adalah sifatnya yang menyatukan. Pendekatan ini memperlakukan prganisasi sebagai suatu jaringan dari bagian-bagian yang saling bergantung. Koordinasi di antara bagian-bagian dicapai melalui pemberian jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut :
a. Apakah yang merupakan bagian-bagian strategic dari sistem?
Misalnya, bagian-bagian strategic tiap perusahaan adalah organisasi formal, organisasi informal, dan lingkuan fisik tempat pekerjaan dilakukan. Dalam pendekatan system, bagian-bagian ini disusun menjadi suatu bentuk yang disebut system organisasi.

b. Apakah yang merupakan hakikat keadaan saling bergantung dari bermacam-macam bagian?
Dalam hal ini tidak adanya koordinasi, bebagai bagian dari suatu system mungkin berfungsi sebagai “kerajaan keperluan”, melihat hanya dengan remang-remang setiap kepentingan yang saling bergantung dengan bagian-bagian lain Koordinasi bekerja sebagai suatu orkes dimana setiap pemain tidak hanya mengetahui bagiannya sendiri saja dalam keseluruhan simfoni, tetapi juga bagian-bagian dari pemain-pemain lainnya.

c. Apakah yang merupakan proses-proses yang penting dalam sistem yang menghubungkan bersama bagian-bagian dan memudahkan penyesuaiannya satu sama lain?
Proses-proses melalui mana bermacam-macam bagian dari suatu system dihubungkan bersama adalah proses komunikasi, pengambilan keputusan, pengawasan, pemberian penghargaan, dan penjatuhan hukuman. Ini semuanya adalah sangat penting, sebagian besar karena semuanya itu dipergunakan untuk merumuskan atau melaksanakan sasaran-sasaran, atau untuk memelihara bagian-bagian system yang berlainan beroperasisebanyak-banyaknya sesuai dengan keseluruhan tujuan perusahaan.

d. Sasaran-sasaran apakah yang dicari oleh sistem?
Menurut Mary Parker Follet Anda tidak dapat menyatupadukan atau mengkoordinasikan bagian-bagian dari bisnis yaitu kebujaksanaan Anda dengan sukses kecuali Anda telah merumuskan tujuan Anda dengan jelas dan Anda harus menyatukan kebijakansanaan-kebijakansanaan dan tujuan-tujuan sebelum Anda dengan sungguh-sungguh dapat menyatukan kegiatan-kegiatan.

2.6. TEKNIK KOORDINASI

Menurut Tripathi dan Reddy beberapa teknik koordinasi yang penting adalah :
a. Hierarki
Alat yang paling tua dan paling sederhana untuk mencapai koordinasi adalah hierarki atau rangkaian komando. Dengan menempatkan unit-unit yang saling bergantung di bawah seorang atasan dapat dijamin adanya koordinasi di antara kegiatan-kegiatannya, para ahli klasik sangat mengandalkan alat ini. Akan tetapi anggota-anggota aliran hubungan manusiawi beranggapan bahwa dalam beberapa hal alat ini tidak efektif. Menurut Chris Argyris, system hierarki membuat individu-individu tidak bebas, pasif, dan kurang penting bagi pemimpin. Ini adalah apa yang tidak disukai oleh individu-individu yang sudah dewasa. Menurut Rensis, Likert, struktur hierarkis menggagu atau mengurangi komunikasi dan pengambilan keputusan.

b. Peraturan, prosedur, dan kebijaksanaan
Rincian peraturan-peraturan, prosedur-prosedur, dan kebijaksanaan-kebijaksanaan merupakan alat yang sudah umum lainnya untuk mengkoordinasikan sub-sub unit dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatannya yang sifatnya rutin. Peraturan-peraturan, prosedur-prosedur, dan kebijaksanaan-kebijaksanaan standar ditentukan untuk mencakup semua situasi yang mungkin. Alan tetapi seperti halnya yang ditunjukkan oleh beberapa kritik, alat ini mengakibatkan suatu “lingkaran setan” di dalam mana akibat gangguan fungsi alat ini menimbulkan kepercayaan yang masih lebih kuat kepadanya. Artinya, uraian peraturan-peraturan dan prosedur-prosedur menurunkan lebih banyak peraturan dan prosedur untuk memeliharanya.

c. Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu cara untuk mengetahui lebih dini keadaan-keadaan yang saling bergantung dan dengan demikian mencegah atau mengurangi kesulitan-kesulitan koordinasi. Sampai suatu tingkat sehingga kemungkinan-kemungkinan timbul, tidak diketahui secara dini dalam rencana, koordinasi memerlukan komunikasi untuk memberikan peringatan penyimpanagn dan kondisi-kondisi yang direncanakan atau yang diramalkan, atau untuk memberikan instruksi-instruksi perubahan dalam kegiatan guna menyesuaikan dengan penyimpangan ini. March dan Simon menyebut koordinasi yang didasarkan atas rencana yang dibuat sebelumnya ini koordinasi berdasarkan rencana dan koordinasi yang mengandung penyampaian informasi baru koordinasi berdasarkan umpan balik. Penulis-penulis ini berpendapat bahwa makin stabil dan makin dapat diramalkannya situasi, makin besar pula kepercayaan kepada koordinasi berdasarkan rencana; makin berubah-ubah dan tidak dapat diramalkannya situasi, makin besar kepercayaab kepada koordinasi berdasarkan umpan balik.

d. Panitia
Pengikutsertaan, panitia, atau pengambilan keputusan kelompok merupakan alat koordinasi yang sudah umum lainnya. Alat ini sangat mengurangi kekakuan struktur hierarkis, meningkaykan komunikasi dan pemahaman ide-ide yang efektif, mendorong penerimaan dan tanggung jawab atas kebijaksanaan serta membuat pelaksanaannya menjadi lebih efektif. Agar panitia berjalan dengan lancer maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
1. Jumlah anggota panitia jangan terlalu banyak. Terlalu banyak anggota mengakibatkan pembicaraan-pembvicaraan menjadi panjang, memperlambat keputusan-keputusan dan membuang-buang waktu dan uang.
2. Wewenang suatu panitia harus diuraikan dengan jelas dan kegiatan-kegiatannya dipilih dengan tepat serta dirumuskan dengan jelas.
3. Anggota-anggota suatu panitria harus dipilih dengan cermat dari semua bagian. Mereka itu sebaiknya adalah orang-orang yang dapat mengikuti semua pembicaraan dan pertimbangan.
4. Ketua panitia harus merencanakan dan memimpin rapat dengan tegas dan jujur.
5. Anggota-anggota harus berperilaku sebagai suatu tim yang baik dan bertanggung jawab.

e. Ide-ide
Membantu perkembang suasana saling percaya dan kerja sama juga merupakan suatu mekanisme pengkoordinasian. Menurut Gullick, pemimpin sebaiknya timbul dalam pikiran mereka yang berhubungan dengan tiap kegiatan keinginan dan kemauan bekerja sama untuk suatu tujuan. Tidak hanya mencakup kecakapan atau kemampuan yang berhubungan dengan pengertian, tetapi juga yang berhubungan dengan emosi. Mary Parker Follet menunjukkan bahwa koordinasi tidak dapat dicapai hanya dengan memberikan perintah-perintah tau komando-komando, karena hal ini akan menimbulakan perlawanan, hilangnya rasa harga diri dan tidak adanya rasa tanggung jawab. Pemecahannya adalah dengan memberikan perintah-perintah “tidak menurut selera” menyatukan semua orang yang terlibat dalam suatu studi situasi dan mematuhinya. “Seseorang sebaiknya jangan memberikan perintah kepada orang lain tetapi keduanya sebaiknya menyetujui untuk mematuhi perintah mereka yang diberikan oleh situasi”.

f. Indoktrinasi
Mengindoktrinasi anggota-anggota organisasi dengan dengan sasaran-sasaran dan tugas-tugas organisasi — suatu alat yang biasanya dipergunakan dalam organisasi-organisasi keagamaan dan militer – masih merupakan suatu alat pengkoordinasian lainnya. Menurut Selznick, tugas pokok kepemimpinan itu tidak hanya membuat kebijaksanaan tetapi juga”membuatnya ke dalam suatu sturktur social organisasi” – suatu situasi dimana setiap orang dalam organisasi secara spontan melindungi atau memajukan tujuan-tujuan dan metode-metode yang resmi. Hal ini dpat dicapai apabila pemimpin berhasil mengadakan perubahan melalui indoktrinasi dan cara-cara lain kumpulan orang-orang yang netral menjadi kumpulan orang-orang yang diikutsrtakan.

g. Insentif
Memberikan insentif kepada unit-unit yang saling bergantung untuk belerja sama, seperti rencana pembagian laba, merupakan suatu mekanisme atau alat yang lain. Anjuran Ardent mengenai pembagian laba menyatakan bahwa hal ini meningkatkan semangat kelompok dan kooperasi yang lebih baik di antara pegawai-pegawai dan pekerja-pekerja, di antara para atasan dan orang-orang bawahan, dan di antara pekerja-pekerja dan pekerja-pekerja lain. Kepentingan bersama mengurangi perselisihan dan menjamin adanya koordinasi yang lebih baik.

h. Bagian penghubung
Dalam beberapa kejadian dimana terdapat hubungan yang banyak sekali diantara dua bagian, bagian penghubung berkembang untuk menangani teransaksi-transaksi. Hal ini terjadi, khususnya antara bagian penjualan dan bagian produksi. Misalnya, perusahaan pengepakan yang menyelesaikan banyak sekali order mengenai tempat penyimpanan mungkin mempunyai bagian penghubung untuk menjamin bahwa bagian produksi memenuhi persyaratan klien dan bahwa penyerahan akan dilakukan tepat pada waktunya.

BAB III
PENUTUP

3.1. contoh-contoh koordinasi dalam hubungan kerja tingkat desa/kelurahan
Contoh-contoh koordinasi yang dilakukan oleh kepala desa/lurah dan perangkatnya adalah:
• Pengkoordinasian kegiatan pemberdayaan masyarakat;
• pengkoordinasian upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum;
• pengkoordinasian penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan/dan peraturan desa/kelurahan;
• pengkoordinasian pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;
• pengkoordinasian penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat desa/kelurahan;
• penkoordinasian penyelenggaraan pemerintahan desa/kelurahan; dan
• pengkoordinasian pelaksanaan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugas pemerintah desa/kelurahan.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Maret 21, 2012 inci Uncategorized

 

Tinggalkan komentar